Monday, September 26, 2011

Never Forever

If anyone says
he understands love,
that he loves his fiancée very much,
that the world seems to be so sweet,
that he will do anything for his feeling,
that nobody can understand his feeling,
that he feels a great desire to always talk;
to always touch; to always think of his fiancée
I will believe him
But if he says
that he will only fall in love with his fiancée forever
that he will devote his life for her forever,
that he will only touch his fiancée forever
I will not believe him
Because I know the word ‘forever’
Is not an entry in the dictionary of love;
Because I know that the word ‘forever’
Is very imaginative and not true.

by:I.G.A. Lokita Purnamika Utami (27 sept 2011)

memperkenalkan kepribadian bangsa melalui puisi-puisi nasional

Pendahuluan
Perrine (1982: 9) menyatakan bahwa puisi berbeda dengan karya sastra lain seperti cerita fiksi dan drama. Perbedaan ini terdapat pada kemampuan puisi dalam menyampaikan banyak hal dengan kata-kata yang paling sedikit.
Poetry is the most condensed and concentrated form of literature, saying most in the fewest number of words. It is language whose individual lines, either because of their own brilliance or because they focus so powerfully what has gone before, have a higher voltage that most language has.
Puisi memberikan kesempatan bagi pembaca tidak hanya untuk mendapatkan kesenangan (amusement) tetapi juga pembelajaran akan hidup (fully realized life). Puisi menyampaikan nilai-nilai budaya yang tercermin dalam fenomena-fenomena kehidupan, keyakinan, moral, etika dan kepribadian bangsa secara nyata kepada pembaca. Nilai budaya menurut Koentjaraningrat (1992) merupakan konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup .
Seperti halnya bahasa dalam karya sastra imaginative lain, bahasa yang digunakan dalam puisi tidak berfungsi sebagai bahasa praktis (practicel use of language) yang tujuannya untuk menyampaikan informasi; tetapi berfungsi sebagai bahasa sastra (literary use of language) yang tujuannya untuk menyampaikan pengalaman. Tujuan utama dari puisi adalah menyampaikan pengalaman dan bukan informasi. Puisi dibuat untuk memberikan kita rasa dan persepsi tentang kehidupan, untuk memperluas dan mempertajam sensitivitas kita terhadap sebuah eksistensi.
Seorang pujangga menuliskan sebuah puisi bukan untuk menyampaikan informasi secara ilmiah tetapi untuk menyampaikan perasaan atau pendapat melalui pengalaman yang dipaparkan lewat untaian kata dalam puisinya. Pengalaman yang disampaikan tentu saja berdasarkan apa yang ia ketahui dan yang terjadi disekitarnya. Tanpa bisa dihindari hal ini menjelaskan kenapa unsur kepribadian suatu bangsa akan tercermin dalam puisi-puisi bangsa tersebut. Puisi-puisi nasional bangsa kita bukalah pengecualian. Puisi-puisi nasional ini mampu menyampaikan budaya nasional yang membentuk kepribadian bangsa. Hal ini sejalan dengan pendapat Moody (dalam Ardiana, 1990: 221) yang menyatakan bahwa sastra memiliki beberapa peranan dalam dunia pendidikan. Sastra itu berperan untuk menunjang keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta, karsa, dan rasa, serta mengembangkan pembentukan watak
Puisi nasional yang dimaksud dalam makalah ini adalah puisi yang ditulis dalam bahasa Indonesia, walaupun banyak orang berpendapat bahwa puisi berbahasa daerah pun adalah bagian dari puisi nasional. Hal ini diputuskan karena terdapat keyakinan bahwa siapapun yang menulis puisi berbahasa Indonesia pastilah orang-orang yang menyampaikan pikirannya sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, dan bukan secara ekslusif bagian dari satu daerah (lokal) tertentu.
Ide utama dari makalah ini adalah untuk memperkenalkan bahwa kepribadian-kepribadian bangsa tercermin dari beberapa puisi-puisi nasional. Puisi-puisi yang dipilih adalah puisi-puisi yang kental menyampaikan kepribadian bangsa, jadi tidak dipilih berdasarkan ketenaran dari pencipta puisinya. Implikasi dari ide makalah ini adalah adanya upaya-upaya dari pendidik untuk memperkenalkan kepribadian bangsa melalui puisi-puisi nasional di kelas untuk membentuk kepribadian bangsa pada diri pelajar.
Kepribadian Bangsa dalam Puisi
Berikut adalah paparan beberapa (jadi tidak semua)kepribadian bangsa yang tercemin dari puisi-puisi nasional yang terpilih untuk dikaji dalam makalah ini.

1. Kesederhanaan dan Kebersamaan keluarga

Puisi berjudul Taman karangan Chairil Anwar ini mencerminkan dua kepribadian bangsa kita yaitu kesederhanaan dan kebersamaan. Berikut ada
TAMAN

Chairil Anwar

Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan yang lain dalamnya
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita itu bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia

Kepribadian yang tercermin dalam puisi “Taman” karya Chairil Anwar ini adalah kesederhanaan. Tak perlu bermewah-mewah (kembangnya tak berpuluh warna// rumputnya tak berbanding permadani//) namun sudah bisa hidup bahagia (penuh surya taman kita//). Sebuah rumah (taman) yang kecil, namun didalamnya saling memiliki. Taman itu sudah cukup untuk berdua (kau dan aku) meskipun hiasannya tidak banyak, meskipun tidak ada permadani yang halus dan lembut tidak menjadi halangan karena mereka (kau dan aku) sudah saling menyayangi seperti kumbang dan kembang, sehingga meskipun rumahya kecil namun menjadi tempat yang penuh akan kebahagian dan bisa menjadi tempat untuk istirahat.
Penyair menyampaikan kesederhanaan hidup dan pentingnya kebersamaan dengan keluarga. Jika ingin bahagia tidak harus memiliki rumah (materi) yang serba mewah. Meskipun dengan kehidupan yang sedehana asalkan disitu disertai dengan kebersamaan dan kasih sayang maka sudah cukup untuk menciptakan suatu kehidupan yang membahagiakan.
Kesederhanaan hidup dan kebersamaan bersama keluarga merupakan bagian dari kepribadian bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia lebih menilai keutuhan dan kebersamaan keluarga dibandingkan pemenuhan materi. Hal ini juga tercermin pada sebuah lagu yang dinyanyikan oleh grup Band SLANK, yang salah satu liriknya menyebutkan “makan-ga makan asal kumpul” Lirik lagu ini juga menyuarakan arti kebersamaan keluarga, yang ditempatkan jauh lebih tinggi dibandingkan kepentingan perut (pemenuhan materi).


2. Keiklasan, Keberanian Membela Negara dan Kepasrahan Menerima Takdir
Asmaradana
Goenawan Mohamad
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,
perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani
lagi.
Anjasmara, adikku, tinggalah, seperti dulu.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.
Asmaradana adalah sebuah tembang macapat dari Jawa, biasanya ditujukan untuk pemuda-pemuda yang sedang mengalami masa pertumbuhan. Asmaradana dalam tembang macapat Jawa mengisahkan tentang cinta Damarwulan dan Anjasmara. Puisi Asmaradana ini menangkap momen ketika Anjasmara berpisah dengan Damarwulan, kekasihnya. Goenawan Mohamad melukiskan perpisahan itu dengan menyayat hati dan kepasrahan total.
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.
Goenawan Mohamad melukiskan perpisahan ini dengan menggambarkan latar alam yang suram sekaligus romantik. Suasana sehabis hujan pada malam hari mempunyai misteri magis tersendiri untuk perasaan kita: dingin, mencekam, suram. GM menggambarkan pada saat itu ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun. Langit yang tadi gelap gulita karena hujan deras kembali cerah menampakkan galaksi bimasakti yang jauh, tetapi tetap saja suasana gelap karena sudah malam. Kuda-kuda meringkik resah. Mereka seolah bisa merasakan kegelisahan hati tuannya. Hati Damarwulan dan Anjasmara bergejolak, ingin menyampaikan banyak hal: kesedihan, tangis, kecemasan, dan ketidakberdayaan. Namun, mereka tidak ada yang berkata-kata. Bungkam.
Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,
perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
Damarwulan tahu, nasibnya bagaikan buah simalakama. Jika ia menang melawan Minak Jingga, ia akan dianugerahi jabatan dan ia akan menjadi kaum elit kerajaan Majapahit. Ia pun akan diminta menikah dengan perempuan lain -yang lebih elit. Namun, pilihan itu terasa absurd karena Minak Jingga sangat tangguh. Ia sangat sakti. Kemungkinan yang paling besar adalah Damarwulan dan Minak Jinggo akan bertarung sampai mati. Maka, pertemuan ini adalah pertemuan yang terakhir bagi dua kekasih itu.
Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani
lagi.
Namun, Damarwulan tahu Anjasmara adalah wanita yang tegar. Ia takkan menangis walaupun nanti pagi ada tapak kaki dirinya yang menuju utara -menuju medan perang. Ia buang semua masa lalu dalam kepalanya hingga ia tak punya lagi alasan untuk bersedih.
Anjasmara, adikku, tinggalah, seperti dulu.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.
Dalam remang-remang malam dikelilingi puluhan kunang-kunang, Damarwulan pun meminta Anjasmara untuk melupakannya, karena ia pun akan melupakan Anjasmara. Damarwulan meminta Anjasmara agar tunduk kepada takdir, pasrah.
Puisi ini tidak hanya berbicara tentang asmara. Lebih dari itu, ia berbicara tentang kehidupan. Puisi ini mencerminkan kepribadian bangsa yaitu keberanian. Seorang lelaki untuk gagah berani maju berperang untuk membela negara walaupun untuk itu ia harus tewas dan meninggalkan keluarganya yang tenang tenteram. Selain itu puisi ini juga mencermikan kepribadian bangsa yang lain yaitu keiklasan. Para istri rela melepas suaminya untuk berjuang, walaupun untuk itu ia harus siap mendengar kabar kematian atau suaminya menikah dengan perempuan lain. Puisi ini mengingatkan kita akan masa penjajahan di bumi Indonesia. Para suami harus berani pergi dan keluar dari rumah untuk bergerilya sementara para istri dengan iklas merelakan kepergian suami mereka untuk membela negara.
Puisi Asmaradana juga bermain dengan keiklasan menghadapi takdir. Hidup tidaklah selamanya mulus. Ada saat-saat di atas dan ada pula saat-saat di bawah. Ketika kita menghadapi saat-saat yang buruk dan tanpa harapan, kita harus tetap berani melangkah dengan tegar dan menghadapinya dengan hati yang lapang. Kita harus memainkan peran kita sebaik mungkin dalam hidup ini sampai kita mati. Secara tidak langsung, puisi ini membuat kita semakin menghargai arti kehidupan, perpisahan, keluarga, dan cinta
3. Kepercayaan pada Tuhan dan Kemauan Melakukan Pembaharuan (revolusi)
Penyair Taufiq Ismail, mengungkapkan keberanian mahasiswa menentang penguasa yang semena-mena. Selain itu dalam puisinya Taufiq Ismail menyiratkan kepribadian bangsa kita yang memiliki kepercayaan kepada Tuhan yang sangat tinggi. Berikut adalah paparan dari puisi tersebut.
Ketika Sebagai Kakek di tahun 2040, Kau menjawab Pertanyaan Cucumu
Taufiq Ismail
Cucu kau tahu, kau menginap di DPR bulan Mei itu
Bersama beberapa ribu kawanmu
Marah, serak berteriak dan mengepalkan tinju
Bersama-sama membuka sejarah halaman satu
Lalu mengguratkan baris pertama bab yang baru
Seraya mencat spanduk dengan teks yang seru
Terpicu oleh kawan-kawan yang ditembus peluru
Dikejar masuk kampus, terguling di tanah berdebu
Dihajar dusta dan fakta dalam berita selalu
Sampai kini sejak kau lahir dahulu
Inilah pengakuan generasi kami, katamu
Hasil penataan dan penataran yang kaku
Pandangan berbeda tak pernah diaku
Daun-daun hijau dan langit biru, katamu
Daun-daun kuning dan langit kuning, kata orang-orang itu
Kekayaan alam untuk bangsaku, katamu
Kekayaan alam untuk nafsuku, kata orang-orang itu
Karena tak mau nasib rakyat selalu jadi mata dadu
Yang diguncang-guncang genggaman orang-orang itu
Dan nomor yang keluar telah ditentukan lebih dulu
Maka kami bergeraklah kini, katamu
Berjalan kaki, berdiri di atap bis yang melaju
Kemeja basah keringat, ujian semester lupakan dulu
Memasang ikat kepala, mengibar-ngibarkan benderamu
Tanpa ada pimpinan di puncak struktur yang satu
Tanpa dukungan jelas dari yang memegang bedil itu
Sudahlah, ayo kita bergerak saja dulu
Kita percayakan nasib pada Yang Satu Itu..
Pada puisi ini cerminan keberanian (mahasiswa) sangat jelas tersurat. Mahasiswa menentang masa pemerintahan lama yang selalu ingin diikuti dan tidak mau menerima pendapat orang yang berbeda terlihat pada kalimat berikut ini:
Inilah pengakuan generasi kami, katamu
Hasil penataan dan penataran yang kaku
Pandangan berbeda tak pernah diaku
Daun-daun hijau dan langit biru, katamu
Daun-daun kuning dan langit kuning, kata orang-orang itu
Kekayaan alam untuk bangsaku, katamu
Kekayaan alam untuk nafsuku, kata orang-orang itu
Puisi ini juga mengupas bagaimana sikap penguasa terhadap rakyat yang senantiasa dibodohi, sehingga mereka harus bergerak.

Karena tak mau nasib rakyat selalu jadi mata dadu
Yang diguncang-guncang genggaman orang-orang itu
Dan nomor yang keluar telah ditentukan lebih dulu
Maka kami bergeraklah kini, katamu

Taufiq juga berhasil menyampaikan secara eksplisit bahwa mahasiswa harus bergerak walaupun tidak didukung oleh pemimpin ataupun yang memegang bedil (angkatan bersenjata). Jelas makna puisi ini pada keberanian Indonesia melakukan revolusi atau pembaharuan. Dan dengan luwesnya Taufiq mampu menyelipkan kepribadian bangsa kita yang lain yaitu kepercayaan pada Tuhan pada baris terakhir puisi ini. Kalimat terakhir ini ditandai dengan frase Yang Satu Itu, semuanya diawali dengan huruf kapital, yang jelas menyiratkan acuannya kepada Tuhan.
Tanpa ada pimpinan di puncak struktur yang satu
Tanpa dukungan jelas dari yang memegang bedil itu
Sudahlah, ayo kita bergerak saja dulu
Kita percayakan nasib pada Yang Satu Itu.
Memperkenalkan Puisi Nasional didalam Kelas
Beberapa pemerhati sastra dan pendidikan seperti Utami (2011), Finch (2003), dan Hollowel (1999), menyatakan bahwa puisi sangat perlu diperkenalkan di kelas Bahasa karena puisi mampu meningkatkan daya kreatifitas dan kepekaan bahasa yang menunjang penguasaan bahasa. Selain itu, Perrine (1982) mengungkapkan bahwa puisi mampu memperkenalkan ide lewat pengalaman yang dipaparkan. Ide yang dimaksud ini biasanya merupakan pesan moral. Pesan moral pada suatu bangsa tertentu biasanya merupakan kepribadian bangsa tersebut, yaitu tingkah laku yang diharapkan untuk diikuti oleh masyarakat. Karena tugas pendidik tidak hanya untuk mendidik pelajar pada bidang tertentu tetapi juga mendidik pelajar sebagai bagian dari masyarakat, maka mengajarkan etika, moral dan kepribadian bangsa sangatlah diperlukan. Sehingga, puisi bisa diperkenalkan dikelas apapun juga tidak terbatas pada kelas Bahasa. Misalnya, pada kelas sejarah pendidik bisa menggunakan puisi “Asmarandana” dari Goenawan Muhamad untuk memperkenalkan sastra nasional yang dihubungkan dengan keiklasan dan keberanian berperang untuk membela negara. Atau pada kelas matematika, ketika pelajar telah usai membahas semua materi, pendidik bisa menggunakan puisi untuk memecah rutinitas menghitung angka dengan pembicaraan sosial atau penyampaian pesan moral lewat puisi.
Penutup
Berdasarkan paparan diatas sangat jelas bahwa memperkenalkan puisi didalam kelas mampu membentuk kepribadian bangsa karena puisi mengandung pesan moral yang mengacu pada karakter bangsa. Pada makalah ini telah diungkap tujuh kepribadian bangsa yang tercermin dari puisi-puisi nasional kita seperti (1) kesederhanaan; (2) kebersamaan keluarga; (3) keiklasan; (4) keberanian membela negara; (5) Kepasrahan Menerima Takdir; (6) Kepercayaan kepada Tuhan dan; (7) kemamuan melakukan pembaharuan (revolusi). Tentu saja banyak kepribadian bangsa lain yang bisa diungkap dari puisi-puisi nasional dan tidak terbatas pada tujuh kepribadian bangsa yang disebut pada makalah ini. Makalah ini bersifat sebuah pemaparan ide bahwa kepribadian bangsa bisa diperkenalkan lewat puisi, sehingga pendidik bisa menggunakan puisi sebagai salah satu kegiatan didalam kelas.
Penulis menganjurkan agar para pendidik tidak perlu ragu-ragu lagi untuk memperkenalkan puisi karena puisi sangat bermanfaat dalam membentuk karakter bangsa pada diri pelajar. Selain itu perspektif bahwa puisi adalah bagian dari pelajaran kelas bahasa perlu diperbaiki, karena puisi bisa diperkenalkan dikelas apapun, bisa digunakan sebagai pembuka topik atau pengisi waktu (filler) untuk memecah rutinitas didalam kelas.



Daftar Pustaka
Ardiana, Leo Idra. 1990. Pengajaran Drama: Berapresiasi dan Berekspresi . Makalah dalam buku Sekitar Masalah Sastra: Beberapa Prinsip dan Model
Pengembangannya. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.
Finch, A. (2003) Using Poems to Teach English. English Language Teaching. 15(2), 29–45
Hollowell, Karen. (1999). How To Teach English Through Poetry. Available on line at: http://www.ehow.com/how_4898352_teach-english-through-poetry.html#ixzz1Fg2C1Ohl
Koentjaraningrat. 1992. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Perrine, Laurence. 1982. Sound and Sense: An Introduction to Poetry. Toronto: Harcourt Brace Jovanovich, Publi
Utami, I.G.A. Lokita Purnamika. 2011. The Importance of Introducing Poetry to EFL Students. Sebuah artikel yang dipresentasikan pada the 2011 Asia Creative Writing Conference: Creating Interactive Language Classroom Through Creativity, Exploration, & self Identity in the Asian Context di POLTEK Negeri Jember pada tanggal 31 maret-1 april 2011.
http://puisiindonesiamodern.blogspot.com/
http://www.bangfad.com/Tags/puisi-nasional
http://cabiklunik.blogspot.com/2008/11/oase-budaya-indonesia-dalam-bingkai.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/1776946-jejak-langkah-sastra-indonesia/