PROFIL MASALAH-MASALAH PEMBELAJARAN PADA
PERKULIAHAN POETRY
I.G.A.
Lokita Purnamika Utami
Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas
Pendidikan Ganesha
Alamat:
Jalan. A Yani no 67, Singaraja
Abstrak
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh
mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UNDIKSHA dalam mempelajari puisi.
Penelitian ini dilakukan ditahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan beberapa instrumen seperti
kuesione, pedoman observasi dan wawancara. Penelitian ini menemukan bahwa
masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa dalam mempelajari puisi adalah kesulitan dalam memahami buku ajar, kesulitan
dalam memahami makna puisi yang mereka baca, kesulitan dalam menggunakan ragam
majas yang tepat untuk mengungkapkan tujuan puisi yang mereka tulis dan
kesulitan dalam memahami makna majas-majas yang digunakan dalam sebuah puisi.
Kata-kata kunci
: masalah-masalah, mempelajari puisi,
profil
Abstract
The aim of this study
is to identify the problems faced by
English Education Department Students of UNDIKSHA in studying Poetry. The study
was done in the academic year 2011/2012. The study was a descriptif qualitatife
study, which used several instruments such as: questionnaire, observation
guide, and interview. The study found that the problems faced by the students
in studying poetry were the difficulty in comprehending the course book, the
difficulty in comprehending a poem they read, the difficulty in using
appropriate figurative language to reveal the central purpose of a poem they
tried to write and the difficulty of comprehending figurative language in a
poem.
Keywords:
profil, problems, studying poetry
PENDAHULUAN
Kurikulum yang digunakan
oleh Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha memasukkan perkuliahan yang berkaitan
dengan karya sastra seperti puisi, prosa dan drama untuk mendukung keterampilan bahasa inggris
siswa. Hal ini dapat dipahami karena pembelajaran sastra mampu membantu pembelajar meningkatkan kemampuan bahasa
mereka. Gilroy dan Parkinson (2002) dalam Weda (2008) dan Stern (1983)
mengatakan bahwa kesusastraan haruslah diintegrasikan kedalam kurikulum pengajaran bahasa. Hal yang senada
dikatakan oleh Langer (2004) bahwa kesusastraan dapat membuka wawasan
pembelajar, juga dapat memancing pembelajar untuk mengajukan pertayaan,
menafsirkan, dan mendalami bahasa melalui karya sastra. Pendapat para ahli
tersebut diperkuat oleh Collie dan Slater dalam Alim (2008), mereka mengatakan
bahwa karya sastra memberikan sumbangsih positif terhadap pemahaman materi ajar
bahasa. Bahkan secara spesifik, Povey (1972) menyatakan bahwa karya sastra
memainkan peranan penting dalam pengajaran bahasa. Lebih spesifik Alim (2008)
menyatakan pembelajaran bahasa inggris melalui karya sastra menyebabkan
pembelajar dapat memperoleh kesempatan bermakna untuk mempelajari kosakata,
menemukan pertanyaan sekaligus jawaban, mengevaluasinya sehingga meningkatkan
kekuatan analitis, sekaligus mampu meningkatkan pemahaman tata bahasa. Hal
inilah yang melandasi pemikiran memasukkan perkuliahan kesusastraan seperti
puisi, prosa dan drama didalam kurikulum Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha.
Diantara
tiga jenis kesusastraan, puisi merupakan jenis kesusastraan yang paling unik.
Perrine (1982: 9) menyatakan bahwa puisi berbeda dengan karya sastra lain
seperti prosa dan drama. Perbedaan ini terdapat pada kemampuan puisi dalam
menyampaikan banyak hal dengan kata-kata yang paling sedikit.
Pembelajaran
puisi sangatlah penting karena memberikan kesempatan bagi pembelajar tidak
hanya untuk mendapatkan kesenangan (amusement)
tetapi juga pembelajaran akan hidup (fully
realized life).
Pada
perkuliahan Puisi di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, mahasiswa belajar dari
berbagai sumber selain dari buku utama yang digunakan, Sound and Sense karangan Laurrence
Perrine. Sumber pembelajaran puisi lain adalah dari internet baik berupa artikel-artikel
maupun berupa video atau rekaman gambar tentang membaca puisi. Materi-materi
yang didapat melalui sumber-sumber ini kemudian didiskusikan di kelas.
Secara
umum yang dilakukan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dikelas puisi terbagi
menjadi dua bagian yaitu kegiatan yang bersifat teori yang meliputi
presentasi-presentasi materi serta
diskusi-diskusi tentang analisis puisi-puisi bahasa Inggris dan kegiatan yang
bersifat praktek yang meliputi kegiatan membaca puisi bahasa inggris dan
menulis puisi bahasa inggris.
Topik
yang dibahas dalam perkuliahan puisi meliputi, pengertian puisi serta subjek
dan tema dalam puisi, cara membaca puisi, majas-majas (figurative languages) yang terkandung dalam puisi kemudian topik
yang lain juga membahas tentang komponen-komponen penting dalam puisi seperti
nada (tone), ritme (rhythm), ukuran (meter), suara dan makna
(sound and meaning) serta tentang membandingkan puisi yang baik dan yang
hebat (good and great poem)
Pada setiap pertemuan
satu topik tertentu dibahas, untuk itu mahasiswa harus mempersiapkan diri
mereka dengan topik tersebut. Karena mempelajari puisi bahasa inggris tidak
mudah dosen pengajar meminta mahasiswa untuk mempelajari topik tersebut dari
buku (Sound and Sense) kemudian
mencari sebuah puisi di internet yang bisa dibahas dengan mengupas isi topik
itu dalam puisi tersebut. Seperti misalnya, pada pertemuan yang akan membahas
tentang makna Denotation and Connotation
(denotasi dan konotasi) mahasiswa membuat sebuah ringkasan tentang apa itu
denotasi dan konotasi dan contoh sebuah puisi bahasa inggris (yang didapat dari
internet) yang mengandung makna
denotasi dan konotasi.
Pada
kegiatan praktek mahasiswa, diminta untuk membaca sebuah puisi tanpa teks
(menghapalkan puisi) didepan kelas. Setiap minggu mereka harus siap untuk
membacakan satu puisi bahasa inggris. Mereka harus selalu siap, karena akan
ditunjuk secara random. Hal ini sebenarnya dilakukan untuk membuat pembelajar
lebih siap menerima pelajaran puisi dalam bahasa inggris. Selain itu, proses
menghapalkan puisi mampu membantu mereka memperkaya kosakata bahasa inggris
sehingga bisa mereka gunakan dalam berkomunikasi baik secara tertulis maupun
lisan. Mahasiswa juga diminta untuk menulis puisi karya mereka sendiri, setelah
semua konsep tentang puisi diberikan. Setelah mereka membuat puisi mereka
diminta untuk menjelaskan apa makna puisi mereka, apa tujuan utama (central purpose) puisi mereka, majas apa
saja yang mereka gunakan, dan dengan cara apa mereka mampu mencapai tujuan
utama puisi mereka. Hal ini melatih daya analitis dan pemikiran kritis mereka
terhadap puisi, sehingga bisa memahami puisi sebagai sesuatu yang lebih dari
sekedar kumpulan kata-kata indah.
Mempelajari
puisi-puisi bahasa inggris tidaklah mudah. Puisi adalah salah satu genre sastra
yang tidak serta merta dapat dipahami dan dinikmati secara instan. Puisi
mengaplikasikan bahasa puisi yang multidimensional (Perrine, 1982); artinya
untuk memahami puisi seseorang membutuhkan lebih dari sekedar dimensi
intelektual tetapi juga dimensi rasa, emosi, dan imaginasi. Hal ini yang
menyebabkan bahasa puisi tidak bisa dipahami semudah memahami bahasa biasa (ordinary language) yang bermakna
literal. Pada tahap ini, puisi dapat dengan mudah dipahami dan dinikmati oleh
pembacanya. Selain itu puisi mengaplikasikan berbagai sumber-sumber bahasa yang
kaya yang mampu mengundang berbagai interpretasi dari pembacanya. Sumber-sumber
bahasa yang digunakan dalam puisi seperti penggunaan majas-majas yang mampu
mengatakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang secara literal tertulis atau
terucapkan. Persoalan ini diperumit oleh teramat seringnya penyair menggunakan
bahasa yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa seperti kaidah semantis,
fonologis, morfologis, sintaksis, dialektis, maupun kaidah grafologis (Sulaiman
(2009). Di sisi penyair, penyimpangan bahasa normatif dan penggunaan majas
dimaksudkan agar pembaca atau pendengar dapat dengan mudah menikmati apa yang
disuguhkan oleh sang penyair tersebut. Namun dari sisi pembaca dan pendengar,
hal tersebut justeru membuat puisi relatif sukar untuk dipahami maknanya. Hal
ini akan jauh lebih sulit lagi, ketika majas-majas dan
penyimpangan-penyimpangan tersebut dibahas pada puisi berbahasa inggris, yang
merupakan bahasa asing, sehingga semakin mempersulit proses pemahaman puisi itu
sendiri.
Dalam
usaha mengajarkan puisi/sastra di kelas, dijumpai beberapa macam hambatan yang
cukup mengganggu. Hambatan-hambatan itu adalah adanya anggapan sementara orang
yang berpendapat bahwa secara praktis puisi sudah tidak ada gunanya lagi.
Mereka beranggapan bahwa sastra (terutama puisi) hanya berkenaan dengan
pengolahan kata-kata. Pandangan yang disertai dengan prasangka bahwa
mempelajari puisi sering tersandung pada ‘pengalaman pahit’. Pandangan ini
sangat mungkin berasal dari para pelajar yang berusaha memahami atau menikmati
puisi terkenal yang ditulis oleh para penyair terkenal yang sering menggunakan
simbol, kiasan, dan ungkapan-ungkapan tertentu yang membingungkan. Bahkan Nirwan (2011) menyatakan terkadang dalam puisi terdapat
kata-kata sederhana tetapi dirangkaikan dalam konteks yang tak terduga, acuan
yang kabur, ungkapan yang asing, bahkan nampak sebagai pernyataan yang kosong,
atau kalimat yang disusun balik. Ini semua menambah penjelasan bahwa puisi
semakin sulit untuk dipahami. Di samping itu sumber kesulitan dalam pengajaran
puisi terkadang berasal dari sifat dasar puisi itu dimana puisi memang cukup
pelik dan kaya akan jenis dan maknanya. Sebut saja misalnya: puisi-puisi lirik,
epik, naratif, dan puisi-puisi satirik yang kesemuanya itu menggunakan teknik
pengungkapan beraneka ragam: metafisika, impresionisti, simbolis, imajis,
hiperbola, dll.
Sebagai bahasa asing,
bahasa Inggris tentu menciptakan masalah tersendiri. Apalagi bila kita memasuki
konteks puisi. Tidak cukup dibebani untuk memahami bahasanya, kita juga harus
berkutat pada bagaimana menangkap makna puisi, termasuk dua persoalan yang di
bahas di atas, yakni persoalan penyimpangan bahasa dan penggunaan majas. Dengan
kata lain, dibutuhkan energi lebih (extra power) untuk memahami makna puisi
bahasa Inggris.
Salah satu cara
konvensional mengatasi persoalan di atas adalah dengan cara menerjemahkan puisi
tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Namun, tidak semua metode penerjemahan
dapat diterapkan pada puisi. Dalam puisi kita mengenal metode phonemic
translation, literal translation, metrical translation, verse-to-prose
translation, rhymed translation, free verse translation, and interpretation. Di
samping penerjemahan puisi, cara lain yang dapat dilakukan untuk mempermudah
memahami makna puisi bahasa Inggris adalah dengan cara memparafrasa
(paraphrasing) puisi yang sedang di baca.
Walaupun seperti yang dipaparkan diatas bahwa
mempelajari puisi bahasa inggris tidaklah gampang, namun untuk keperluan
pengajaran puisi banyak pula ditemukan puisi yang sangat mengesankan dan cukup
mudah untuk dinikmati dan dipahami oleh mahasiswa sesuai dengan tingkat
kemampuannya (Utami, 2011). Selanjutnya
Utami (2011) menyampaikan bahwa pengajar puisi harus mampu memilih puisi yang
sesuai denga level kemampuan mahasiswanya.
Berkaitan dengan
teori-teori diatas perlu disampaikan bagaimana pengajaran puisi dilakukan di
kelas poetry di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris,
UNDIKSHA. Banyak mahasiswa menyatakan bahwa mempelajari puisi bahasa inggris
itu sulit. Sehingga sebenarnya perlu dilakukan sebuah penelitian untuk
mengetahui masalah-masalah apa saja yang dialami mahasiswa dalam perkuliahan
puisi bahasa inggris. Dengan demikian, melalui penelitian rintisan ini,
peneliti ingin mengetahui profil masalah-masalah yang dialami mahasiswa dalam
mengikuti perkuliahan puisi. Hal ini
sangat penting diketahui sehingga dosen pengajar dapat memikirkan cara-cara
untuk membantu mahasiswa mengatasi
kesulitan-kesulitan yang mereka temukan dalam perkuliahan puisi dikemudian hari.
Berdasarkan
paparan diatas, maka penelitian ini bertujuan mengidentifikasi (1) masalah yang
paling dominan dialami mahasiswa dalam mengikuti pekuliahan poetry secara umum; (2) masalah-masalah
yang dialami mahasiswa dalam membaca puisi bahasa inggris; (3) masalah-masalah
yang dialami mahasiswa dalam menulis puisi bahasa inggris; dan (4)
masalah-masalah yang dialami mahasiswa dalam memahami puisi bahasa inggris.
METODE
Oleh karena karakteristik dari
penelitian ini bersifat menggambarkan profil
masalah-masalah yang dialami mahasiswa jurusan pendidikan bahasa inggris
universitas pendidikan ganesha dalam mengikuti perkuliahan puisi, maka
rancangan penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif. Data primer
didapatkan dari respon mahasiswa terhadap pertanyaan-pertanyan dalam kuisioner
dan data sekunder didapat dari hasil wawancara kepada Dosen pengajar dan para
mahasiswa serta hasil observasi proses
perkuliahan puisi untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan serta
respon siswa terhadap model pembelajaran tersebut.
Objek penelitian
adalah seluruh mahasiswa bahasa inggris yang mengambil mata kuliah Poetry,
sejumlah 139 orang mahasiswa yang tersebar di 5 kelas. Sementara, objek
penelitian ini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa jurusan
pendidikan bahasa inggris dalam mengikuti perkuliahan Poetry. Penelitian ini akan dilaksanakan di jurusan pendidikan
Bahasa Inggis Universitas Pendidikan ganesha, pada semester genap tahun
2011/2012
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini
instrumen yang digunakan adalah alat ukur non-test berupa kuesioner untuk
mendapatkan data primer dan lembar observasi untuk mendapatkan data sekunder.
Data primer didapatkan dari respon
guru dan siswa terhadap pertanyaan-pertanyan dalam kuisioner. Kuisioner yang
dibuat berbentuk kuisioner tertutup dan terbuka (kombinasi) dimana untuk 4
pertanyaan mahasiswa menjawab berdasarkan pilihan yang disediakan dan untuk
pertanyaan terakhir tentang saran mahasiswa untuk meningkatkan kualitas
perkulihan puisi; mahasiswa menjawab dengan uraian. Untuk pertanyaan pilihan
(item 1-4) masing-masing item memiliki 4 pilihan (a,b,c dan d) dan satu option
e yang berupa isian kosong yang bisa diisi, seandainya pilihan yang diberikan sebelumnya
tidak mencerminkan pendapat responden. Para responden diperbolehkan memilih
lebih dari satu option agar variasi jawaban terekam dengan baik. Selanjutnya
untuk mendapatkan data sekunder, instrumen penelitian yang digunakan berupa
pedoman observasi dan wawancara.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berikut
ini adalah hasil kuesioner yang disebarkan, masalah tersebut dibawah ini telah
disusun berdasarkan peringkat prosentase:
Tabel
1: jumlah mahasiswa (N) dan prosentase masalah (%)
|
||||
NO
|
Lingkup
Permasalahan
|
Peringkat
Masalah
|
N
|
%
|
|
|
|
|
|
1
|
Permasalahan
secara umum dalam mengikuti perkuliahan Puisi bahasa Inggris
|
|
101
26
6
1
24
|
72,66%
18,71%
4,32%
0,72%
17,27%
|
2
|
Permasalahan
yang dihadapi dalam membaca puisi
|
|
117
40
30
29
2
|
84,17%
28,78%
21,58%
20,86%
1,44%
|
3
|
Permasalahan
yang dihadapi dalam menulis puisi
|
|
93
55
53
35
0
|
66,91%
39,57%
38,13%
25,18%
0%
|
4
|
Permasalahan
yang dihadapi dalam memahami puisi
|
|
112
55
49
30
0
|
80,58%
25,18%
35,25%
21,58%
0%
|
Pada pertanyaan kelima tentang saran untuk meningkatkan kualitas
perkuliahan puisi mahasiswa menyampaikan berbagai saran sebagai berikut:
- Menjelaskan lebih detail tentang materi yang bersangkutan beserta dengan contoh
- Ajarkan mahasiswa tentang membuat puisi secara bertahap
- Perbanyak referensi lain yang membuat mahasiswa mencintai puisi
- Perbanyak penjelasan yang berhubungan dengan kehidupan
- Sebaiknya menggunakan buku yang lebih mudah dimengerti
- Pergunakan video, musik dan audio dengan lebih maksimal
- Tugas yang diberikan seharusnya setelah menjelaskan materi puisi
- Semoga listrik lebih tersedia dengan lebih baik
Berdasarkan hasil kuesioner ditemukan bahwa permasalahan perkuliahan poetry
secara umum yang memiliki prosentase yang paling tinggi, yaitu sebesar 72,66%,
adalah buku ajar yang digunakan susah dipahami. Permasalahan ini dipilih oleh
101 mahasiswa. Berikutnya, masalah kedua yang menempati urutan prosentase
tertinggi kedua, yaitu sebesar 18,71% adalah fasilitas /media pembelajaran yang
kurang memadai. Masalah ini dipilih oleh 26 mahasiswa. Selanjutnya masalah
metode pengajaran kurang efisien dan kualitas dosen dalam menguasai materi
masih rendah menempati urutan ketiga dan keempat yang secara berturut-turut
memiliki prosentase sebesar 4,32% dan 0,72%. Masalah metode pengajaran kurang
efisien dipilih oleh 6 orang dan masalah kualitas dosen dalam menguasai materi
masih rendah dipilih oleh 1 orang mahasiswa. Kemudian option yang terakhir
yaitu option e meminta mahasiswa menuliskan (jika ada) masalah lain. Untuk
option ini terdapat variasi jawaban yaitu kegiatan pembelajaran monoton, susah
memahami makna, susah memahami aspek budaya dalam puisi, susah bangun pagi,
susah memahami materi, susah menghafal puisi, bahasa literatur susah dan adanya
tugas yang banyak serta kurangnya ada fasilitas (listrik sering padam, karena
beban pemakaian melebihi kuota). Dari option e yang bisa dilihat adalah
banyaknya komentar tentang kegiatan pembelajaran yang monoton, hal ini
diungkapkan oleh 4 orang mahasiswa.
Berdasarkan paparan pada hasil penelitian ini, terlihat bahwa masalah yang
paling dominan dihadapi mahasiswa secara umum pada perkuliahan poetry adalah susahnya buku ajar yang
digunakan. Perlu saya paparkan disini, buku ajar yang digunakan sebenarnya buku
yang sangat baik, karena memiliki berbagai contoh-contoh puisi. Akan tetapi,
karena buku ini sebenarnya dibuat untuk pelajar puisi yang menggunakan bahasa
inggris sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, maka buku ini memiliki
tingkat kesulitan yang cukup menjadi hambatan bagi mahasiswa pendidikan bahasa
inggris Undiksha yang mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa asing. Seperti
yang disampaikan oleh Xiaoxia (2002) bahwa materi ajar haruslah sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa.
Selain hal tersebut diatas, masalah kedua dari perkuliahan puisi secara
umum adalah lemahnya fasilitas perkuliahan, terutama mahasiswa menekankan
tentang ketersediaan listrik. Berdasarkan hasil observasi, ketersediaan listrik
sering terganggu, akibat listrik padam. Ketika hal ini ditelusuri hal ini
disebabkan karena beban penggunaan listrik lebih besar dari kuota. Selain
listrik yang sering padam, mahasiswa juga mengeluhkan ketersediaan LCD. Padahal
jurusan pendidikan bahasa inggris jika dibandingkan dengan jurusan lain
memiliki jumlah LCD yang lumayan yaitu 8 buah. Akan tetapi, banyaknya kelas di
jurusan pendidikan bahasa ingris menyebabkan pengguna LCD pada waktu yang
bersamaan juga cukup banyak, belum lagi masalah LCD yang rusak. Hal semacam ini
sering menggaggu jalannya perkuliahan yang membuat perkuliahan tidak berjalan
sesuai denga rencana.
Masalah berikutnya setelah buku ajar yang sulit dan fasilitas yang
terbatas, mahasiswa juga menyatakan tentang permasalahan dalam pengimplementasian
metode pengajaran. Menurut Xiaoxia (2002) selain materi ajar, metode
pembelajaran juga harus baik. Pada penelitian ini ditemukan bahwa metode
pembelajaran mengajar yang digunakan pada perkuliahan puisi sudah cukup baik.
Hal ini ditemukan pada jawaban mahasiswa pada item kuesioner no 5 tentang saran
untuk meningkatkan kualitas perkuliahan poetry
serta respon mahasiswa dari interview yang dilakukan. Akan tetapi, strategi perkuliahan ini menurut
pendapat mahasiswa walaupun cukup baik, masih memiliki kelemahan. Mereka
menyatakan kegiatan perkuliahan monoton karena selalu memiliki desain
perkuliahan yang sama terus-menerus. Mereka juga menyatakan bahwa perkuliahan
ini memberikan tugas setiap kali pertemuannya. Hal lain berkenaan dengan tugas
perkuliahan, mahasiswa menyatakan bahwa tugas perkuliahan sering diberikan
sebelum materi yang berkaitan dengan topik pada tugas itu dibahas dikelas,
sehingga mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengerjaka tugas-tugas tersebut.
Kelemahan-kelemahan strategi
perkuliahan yang disampaikan diatas tadi harus dicek ulang atau dilakukan
triangulasi data lewat interview kepada dosen dan observasi. Berdasarkan hasil
observasi ditemukan bahwa perkuliahan poetry
ini dilaksanakan sebanyak 14 kali pertemuan disetiap kelas (terdapat 5 kelas
a,b,c,d dan e). Setiap awal perkuliahan mahasiswa diminta maju ke depan untuk
mendeklamasikan, yaitu membaca dengan menghafalkan, puisi ke depan kelas. Dosen
pengajar menyatakan bahwa hal ini dilakukan agar suasana atau atmosphere sastra
khususnya puisi sudah terbangun dari awal pertemuan sehingga selanjutnya
mahasiswa akan siap menerima materi perkuliahan.
Pada perkuliahan puisi dosen pengajar selalu memberikan tugas tentang topik
tertentu sebelum topik tersebut dibahas. Misalnya untuk topik Denotation and Connotation, dosen
meminta mahasiswa mencari makna dari denotasi dan konotasi dan mencari puisi
dari internet yang menggunakan makna denotasi dan konotasi. Kemudian mahasiswa
diminta menyampaikan apa yag meyangKetika hal ini ditanyakan pada dosen pengajar,
dosen menyatakan bahwa pemberian tugas tersebut tidak bertujuan untuk evaluasi
hasil belajar, dengan kata lain tugas tersebut tidak menunjukkan kemampuan
hasil belajar. Pemberian tugas tersebut ditujukan untuk membuat mahasiswa,
belajar sendiri, menggali, dan mencari informasi tentang topik tertentu dari
berbagai sumber secara mandiri sebelum diterangkan secara lebih mendetail oleh
dosen pengajar dikelas. Tampaknya, mahasiswa khawatir bahwa tugas tentang
topik-topik itu akan digunakan untuk mengukur hasil belajar mereka. Hal yang
berimbas dengan pemberian tugas tiap minggu ini menimbulkan kejenuhan bagi
mahasiswa. Menurut Gower, Philips and Walters (2010) kegiatan dan tugas yang
diberikan haruslah bervariasi, dan sesuai dengan tujuan pelajaran dengan. Guru
harus sensitif melihat respon pelajar terhadap kegiatan dan tugas yang
diberikan.
Untuk masalah kualitas dosen, mahasiswa menyatakan beberapa hal seperti ”Class poetry is always fun” ; ” I like the
way you teach us, miss” dan lain-lain. Dari hasil kuesioner hanya satu
mahasiswa yang menyatakan kualitas dosen masih rendah. Untuk hal ini juga bisa
dilihat di hasil kuesioner pada item no 5. Secara umum mahasiswa menilai
kualitas dosen dan pemahamannya sudah baik.
Untuk kegiatan membaca puisi, masalah yang paling dominan adalah masalah
dalam memahami makna puisi yaitu 84,17% (dipilih oleh 117 orang) . Hal serupa
juga disampaikan oleh Widyastuti
(2010) yang menemukan dalam pelaksanaan pembelajaran puisi di MIN Tanuraksan
Kebumen bahwa salah satu hambatan dalam mempelajari puisi adalah kesulitan
pelajar memahami makna puisi. Seperti yang disampaikan oleh Kennedy dan Gioia (1995), memahami
makna puisi adalah masalah yang sangat universal, artinya puisi memang bukanlah
jenis sastra yang mudah dipahami. Permasalahan dalam memahami makna puisi tidak
hanya dikarenakan penggunaan bahasa inggris sendiri yang merupakan bahasa asing
bagi mahasiswa, tetapi juga dikarenakan secara alamiah puisi memiliki hal-hal
seperti dualisme makna, penyimpangan makna, penggunaan simbol-simbol dan
lain-lain. Bahkan Nirwana (2011) menambahkan bahwa
terkadang dalam puisi terdapat kata-kata sederhana tetapi dirangkaikan dalam
konteks yang tak terduga, acuan yang kabur, ungkapan yang asing, bahkan nampak
sebagai pernyataan yang kosong, atau kalimat yang disusun balik. Hal ini
menyebabkan puisi secara alami memang sulit dipahami.
Berkenaan dengan
susahnya memahami puisi Kennedy dan Gioia (1995) menyatakan bahwa metode
parafrasa dapat digunakan untuk menanggulangi permasalahan ini. Parafrasa
dilakukan dengan cara menulis apa yang diketahui pada puisi yang ada dengan
menggunakan kata-kata sendiri, mencantumkan ide-ide pokok, serta menulis apa
yang puisi itu isyaratkan. Berdasarkan hasil observasi dosen pengajar melakukan
diskusi class conference di kelas
untuk membantu mahasiswa dalam memahami makna puisi. Class conference ini dilakukan dengan cara membentuk kelompok
diskusi dan meminta mahasiswa dan dosen menginterpretasikan makna eksplisit dan
implisit dari sebuah puisi.
Hal kedua yang menjadi
permasalahan dalam kegiatan membaca puisi adalah masalah dalam
menggunakan intonasi dan pelafalan yaitu 28,78% (dipilih oleh 40 orang). Hal
ini memang tidak bisa dihindari karena Bahasa Inggris merupakan bahasa asing
bagi mahasiswa. Tentu saja penggunaan bahasa inggris terutama pelafalan (pronunciation) tidak bisa persis sama
dengan para penutur asli. Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa dalam
membaca puisi mahasiswa masih belum mampu melafalkan kata-kata atau kalimat
bahasa Inggris denga tepat. Penyimpangan pelafalan mahasiswa sangat mungkin
terjadi karena pengaruh dari pelafalan bahasa pertama bahasa Indonesia atau
bahasa Bali) terhadap bahasa Inggris mereka. Hal ini sejalan dengan apa yang
disampaikan Littlewood (1988) yang menyatakan bahwa bahasa pertama dan kedua
sangat mempengaruhi penguasaan bahasa asing.
Selain masalah intonasi dan pelafalan mahasiswa juga menemukan masalah
dalam memberi jeda dalam membaca puisi dan masalah dalam mengekspresikan puisi
sesuai isi. Masalah ini menempati urutan ketiga dan keempat dari semua masalah
dalam membaca puisi yaitu 21, 58% (atau dipilih oleh 30 orang) dan 20,86%
(dipilih oleh 29 orang). Kemampuan mahasiswa memberi jeda sebenarnya
dipengaruhi oleh kemampuan mereka memahami makna puisi. Apabila secara konteks
mahasiswa mengetahui makna puisi maka mereka secara tidak langsung akan paham
kapan bisa memberi jeda. Hal serupa juga terjadi dengan kemampuan mereka mengekspresikan puisi sesuai isi
puisi. Semakin baik pemahaman mereka terhadap isi puisi maka semakin mampu
mereka mengekspresikan puisi dengan tepat misalnya apakah dengan nada
bersemangat, sedih, bahagia dan lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan
dosen pengajar, dinyatakan bahwa mahasiswa yang pandai dan mampu memahami puisi
cenderung mampu mengekspresikan dan memberi jeda yang tepat dalam membaca
puisi.
Hal diatas menunjukkan bahwa kemampuan memahami puisi adalah hal yang
paling utama karena hal ini akan mempengaruhi kemampuan membaca puisi lainnya
seperti kemampuan memberi jeda ketika membaca puisi dan kemampuan
mengekspresikan puisi.
Dalam menulis puisi masalah utama yang dirasakan mahasiswa adalah masalah
dalam menggunakan majas-majas yang mampu mengungkapkan tujuan puisi. Masalah
ini dipilih oleh 93 orang atau 66, 91%. Mahasiswa pendidikan bahasa inggris
Undiksha mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa asing, sehingga dalam
mengungkapkan makna dengan menggunaka majas-majas masih sangat kesulitan.
Menurut mereka praktik menulis puisi dikelas masih sangat kurang, sehingga
ketika mereka diminta untuk menulis puisi mereka merasa mereka kurang berlatih.
Padahal Sulaiman
(2009) menyatakan bahwa faktor
yang sangat dominan ditemukan dalam puisi adalah adanya berbagai ragam
penyimpangan bahasa serta banyaknya ragam majas yang sering digunakan. Perrine
(1982) menyatakan bahwa majas atau
bahasa figuratif adalah bahasa yang mempergunakan kata-kata yang susunan dan
artinya sengaja disimpangkan dari susunan dan artinya yang biasa dengan maksud
mendapatkan kesegaran dan kekuatan ekspresi. Caranya adalah dengan memanfaatkan
perbandingan, pertentangan, atau pertautan hal yang satu dengan yang lain, yang
maknanya sudah diketahui oleh pembaca atau pendengar.
Masalah lain dalam
menulis puisi adalah masalah dalam menemukan
ide puisi (39,57%), masalah dalam kosakata (38,13%) dan masalah dalam
menentukan subyek puisi agar selaras dengan tema yang dimaksud(25,18%).
Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen masalah ini adalah masalah yang sangat
dasar karena bahasa inggris atau bahasa asing apapun tidak bisa dipelajari
dalam sekejap. Sehingga kesulitan menulis puisi ini hanya bisa diselesaikan
dengan sering berlatih dan banyak membaca puisi.
Bertalian dengan masalah yang dihadapi mahasiswa dalam menulis puisi, yaitu
menggunakan majas untuk mengungkapkan tujuan puisi, dalam memahami puisi
mahasiswa rupanya mengalami masalah serupa yaitu masalah dalam memahami makna
figuratif dari majas -majas yang digunakan pada sebuah puisi (80,58%). Kenapa
majas begitu susah dipahami? Sulaiman
(2009) menerangkan bahwa majas atau bahasa figuratif pada dasarnya adalah
bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian
katanya, yang bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu. Pada umumnya
bahasa figuratif dipergunakan oleh pengarang untuk menghidupkan atau lebih
mengekspresikan perasaan yang diungkapkan sebab kata-kata saja belum cukup
jelas untuk menerangkan sesuatu yang disampaikan.
Masalah berikutnya adalah masalah dalam memahami tujuan atau makna
generalisasi isi puisi (39,56%), masalah dalam memahami kosakata dalam puisi
(35,25%), dan masalah dalam mengidentifikasi puisi dalam kategori puisi biasa,
baik dan sangat baik (21,58%). Berdasarkan hasil observasi mahasiswa memang
mengalami kendala yang besar dalam memahami tujuan atau generalisasi isi puisi.
Dosen pengajar menyampaikan mahasiswa cenderung memahami puisi hanya secara
literal atau memaknai apa yang disampaikan secara eksplisit sementara seperti
yag disampaikan oleh Perrine (1982) puisi mengandung sarat makna dan apa yang
disampaikan sering berbeda dengan apa yang dimaksudkan. Selanjutnya, Perrine
(1982) menyatakan bahwa untuk memahami puisi diperlukan mutidimensi kemampuan
yaitu intelektual, imaginasi, rasa, dan
berekspresi. Permasalahan ini disebabkan pula oleh kurangnya pemahaman atau
pengetahuan kosakata mahasiswa. Sehingga secara simultan menyebabkan mahasiswa
tidak mampu menilai puisi yang kurang baik, puisi yang baik dan puisi yang
sangat baik atau masuk dalam kategori great
poem.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dan
pembahasan diatas, secara umum permasalahan yang paling dominan dalam mengikuti
perkuliahan poetry adalah sulitnya
memahami buku ajar yang digunakan.
Kemudian, untuk masalah-masalah yang dihadapi dalam kegiatan membaca,
ditemukan bahwa masalah yang paling dominan masalah dalam memahami makna puisi.
Selanjutnya permasalahan yang paling dominan dihadapi mahasiswa dalam
menulis puisi adalah masalah dalam
menggunakan majas-majas yang mampu mengungkapkan tujuan puisi.
Hal yang terakhir adalah masalah-masalah dalam memahami puisi. Untuk
lingkup masalah ini, masalah yang paling dominan adalah masalah dalam memahami
makna figuratif dari majas -majas yang digunakan.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa masalah yang paling
utama adalah masalah memahami makna. Hal ini dapat disimpulkan dari adanya
kesulitan memahami buku ajar, adanya kesulitan menggunakan majas-majas dan
adanya kesulitan memahami majas dalam puisi. Sehingga berikut ini disampaikan
beberapa saran.
Kepada dosen Pengajar diharapkan mengorganisasikan atau menyusun sebuah
kumpulan materi-materi puisi dengan level bahasa yang lebih mudah dipahami
Kepada Tim Perlengkapan Fakultas Bahasa dan Seni, diharapkan untuk lebih
serius menanggulangi permasalahan ketersediaan listrik, karena hal ini sangat
berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran.
Kepada para mahasiswa pengambil mata kuliah poetry diharapkan mengembangkan sikap sebagai autonomous learner artinya pelajar yang mandiri. Hal ini sangat
berguna untuk mendukung pelajaran yang diberikan di kelas. Perkuliahan puisi
tidak bisa dipelajari secara serta merta, melainkan melibatkan proses
pembelajaran yang kontinu.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Condro Nur. 2008.
English Language Teaching through Literary Works. In the Proceeding of fifth Conference on English Studies (Conest 5).
Jakarta:PKBB-Unika Atmajaya.
Ashton-Hay, Sally. 2004. Teaching English Poetry to
Turkish Undergraduates: Comprehension Strategies Matter. (online) http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psy-ab&q=research+on+learning+english+poetry&oq=research+on+learning+english+poetry&aq=f&aqi=&aql=&gs_l=serp.3...202168l213588l0l214643l95l37l0l5l5l11l2342l21980l3-5j8j6j8j1j2j1l37l0.frgbld.&pbx=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.,cf.osb&fp=cd5d56e1bba3ae10&biw=1024&bih=374
Diakses tanggal 10 Februari 2012
Fanmei
Kong, 2010. On the Effectiveness of Applying English Poetry to Extensive
Reading Teaching. Dimuat dalam Jurnal
Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 6, pp. 918-921, November 2010.(online) http://www.google.co.id/#q=research+on+learning+english+poetry&hl=id&prmd=imvns&ei=qPt2T5WcI8vMrQeXwpW_DQ&sqi=2&start=10&sa=N&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.,cf.osb&fp=cd5d56e1bba3ae10&biw=1024&bih=374
Diakses tanggal 9 Februari 2012
Gower,
Roger; Phillips Dianne; Walters, Steve. 2010. Teaching Practice A Handbook for Teachers in training. Thailad:
Macmillan
Kennedy, X.J &
Dana Gioia. 1995. Literature: An
Introduction to Fiction, Poetry, and Drama, Sixth Edition. New York:
HarperCollins Publishers
Littlewood, William.
1988. Foreign and Second Language
Learning: Language Acquisition Research and Its Implication. Newyork:
Cambridge University Press
Langer,
J. 1997. Literacy Acquisition through literature. Journal of Adolescent and Adult Study
Nirwana,
2011. Kesulitan pembelajaran puisi dikelas. (online) http://ctyliyanawati.blogspot.com/2011/04/kesulitan-pembelajaran-puisi-di-kelas.html
Diakses diinternet tanggal 11 Februari 2012
Perrine, Laurence. 1982.
Sound and Sense: An Introduction to
Poetry. Toronto: Harcourt Brace Jovanovich, Public
Povey, John. 1972.
Literature in TESL Programs: The Language and the Culture. Tesol Quarterly 1. In Harold B. Allen and Russel Campbell. TTEaching
English as a Second Language. New York: McGraw-Hill
Sulaiman, Isakandar. 2009. Parafrasa, Solusi Alternatif Mengatasi Kesulitan Memahami Makna Puisi Bahasa Inggris . Diakses tanggal 9 Februari 2012 pada http://langue-parole.blogspot.com/2009/03/parafrasa-solusi-alternatif-mengatasi.html
Titane, Renzo and Danesi Marcel. 1985. Applied Psycholinguistics: An Introduction to the Psychology of Language Learning and teaching. Toronto: University of Toronto Press
Utami, I.G.A. Lokita
Purnamika. 2011. The Importance of
Introducing Poetry to EFL Students. Sebuah artikel yang dipresentasikan
pada the 2011 Asia Creative Writing Conference: Creating Interactive Language
Classroom Through Creativity, Exploration, & self Identity in the Asian
Context di POLTEK Negeri Jember pada tanggal 31 maret-1 april 2011.
Weda, Sukardi. 2008. English Learning Strategies. Makassar:
LPPMM
Widyastuti. 2010.
Pembelajaran Apresiasi Puisi Siswa Madrasah Ibtidaiyah (Studi Kasus di Kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tanuraksan Kebumen). Tesis. Surakarta: Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Xiaoxia, wei. 2002. How a
second Language is Learned : Some Suggestion Based on a Case Study. The English Teacher, An International
Journal. Vol 5 n 4 November 2002. Pg 443-448. Thailand: Institute for
English Language Education, Assumption University