Isabella Dockar lived in Paris for about 22 years. She made the decisions to live abroad and far away from her hometown right after her dad’s death because she wanted to make some money overseas. Bella was a hard worker and unyielding woman, every day she worked really hard to feed her family and to give her family in her hometown the best living accommodations. Her neighbors wondered about her decision to not find a good man to be married and build a house hold because everyone knew that she was already 52 years old. One sunny day, Bella was visited by Chloe, her niece that came far away from New York. Chloe planned to live in Bella’s house for several days because she wanted to enjoy the beauty of Paris and surroundings. Chloe knew that she would like to spend several days in her aunt’s house , so she was going to help Bella to do some stuffs in the like helping Bella to go to the grocery store and buy some groceries. In the first day living in Bella’s house, Chloe nicely took Bella and helped Bella o prepared all the delicious traditional meals at that day, but Chloe did not realized the reason behind the big meals prepared by Bella, a 52 years old woman who lived alone in Paris. On the second day, Chloe took Bella to go to her working place. Chloe was directly introduced to El, Mr. Steward’s son right away after she arrived in her working place. There was nothing wrong with that introduction because Chloe thought that was a common thing happened if Bella directly introduced her to El, because they were met in the same office.
Tuesday, June 30, 2020
Misunderstanding
A short story by Made Dian Andita Mastari
Written in 2020 as a final project of Prose Fiction Course
English Language Education Department,
Universitas Pendidikan Ganesha
Wednesday, May 13, 2020
Apem tepung beras tanpa tape hanya dengan soda kue
Suka dengan Apem? Biasanya kalau buat apem harus pake tape dan nunggu adonan kembang dulu. Kadang jadi ga sabar, udah pingin ngopi eh apemnya belum jadi. Yuk intip resep apem tanpa tape berikut!
Bahan-bahan:
- tepung beras 200 gr
- tepung terigu 3 sdm (boleh di skip)
- telur 1 buah
- gula pasir 100 gr
- gula bali 50 gram (boleh di skip)
- soda kue
- air cuka 2 sdt (dicampurkan ke dalam 1/2 gelas air). kalau ga punya cuka, ganti dengan air perasan lemon atau susu cair karena keduanya bisa mengaktifkan baking soda)
- baking powder (boleh skip)
- keju lembaran satu lembar (boleh di skip)
- garam 1 sdt
- margarin 2 sdm
- vanili 1/4 sdt
- air 1/2 gelas
Monday, May 11, 2020
Bolu pisang hanya dengan soda kue
Libur libur pingin ngemil aja ya. Kali ini mau share resep buat bolu pisang sederhana yang tidak pakai baking powder, emulsi alias SP/ovalet dan margarin.
Yuk disimak!
Bahan:- 7 Buah pisang
- 15 Sdm tepung terigu
- 12 Sdm minyak kelapa
- 6-8 Sdm gula pasir
- 2 Butir telur
- 2 Sdm susu kental manis
- 2 Sdm santan kemasan
- 1 Sdt soda kue
- 1 Sdt garam
- 1/2 Sdt vanilli bubuk
Bolu pisang pandan kukus
Bahan-bahan:
1. Tepung terigu 8 sdm
2. Pisang 3 buah
3. Gula pasir 6 sdm
4. Margarin 3 sdm
5. susu cair 1/2 gelas belimbing
6. telur 1 buah
7. soda kue
8. baking powder
9. 1 sdm minuman beralkohol (optional, saya kebetulan punya)
Tips: siapkan loyang aluminium (bukan loyang plastik) yang sudah dilumuri margarin. Panaskan panci sebelum mengukus.
Cara Buat:
Lumatkan pisang dengan garpu, campurkan susu cair, aduk hingga rata lalu sisihkan
Di wadah yang lain campurkan gula pasir dan telur, kocok dengan garpu
masukkan tepung terigu, baking powder, soda kue kedalam adonan telur tadi, aduk hingga rata
Kemudian masukkan adonan pisang ke adonan tepung dan telur tadi, aduk hingga rata
Terakhir masukkan margarin. Masukkan 1 sdm minuman beralkohol. Bagi adonan jadi 2, yg sebagian kecil isi warna dg mencampurkan pasta pandan yang sebagian besar biarkan warna krem.
Masukkan adonan hijau/pandan dulu lalu diikuti adonan krem ke dalam loyang. Kukus selama 30 menit.
Selamat mencoba!
Tuesday, May 5, 2020
Resep tahu isi
Halo semua.. sudah lama sekali tidak menulis resep. Berikut adalah resep tahu isi.
Bahan-bahan
Tahu 12 potong
baking powder 1 sdk teh
tepung terigu 3 sdk makan
tepung beras 5 sendok makan
Sayuran opsi 1: toge + wortel
opsi 2 : kol,wortel, seledri, daun bawang
bumbu halus:
bawang putih, garam, merica, masako, haluskan.
Bahan-bahan
Tahu 12 potong
baking powder 1 sdk teh
tepung terigu 3 sdk makan
tepung beras 5 sendok makan
Sayuran opsi 1: toge + wortel
opsi 2 : kol,wortel, seledri, daun bawang
bumbu halus:
bawang putih, garam, merica, masako, haluskan.
Thursday, November 28, 2019
Bolu dengan pasta nangka sederhana
Bahan-bahan:
4 telur ayam (gunakan 3 telur utuh dan 1 telur ambil kuningnya saja)
1 sdm baking powder
1/2 sdt garam
1/2 sdt SP (jangan lebih)
200 gr terigu (saya pakai segitiga biru) yang sudah diayak
100 gr margarin yang sudah dicairkan
1/2 sachet SKM (susu kental manis) frisian flag
130 gula pasir
2 sdm tepung maizena
1/4 sdt vanili powder
1 sdt pasta/perisa Nangka
persiapan:
olesi loyang dengan margarin yang sudah ditaburi tepung terigu (loyang 22)
cara membuat:
1. campurkan telur (gunakan 3 telur utuh dan 1 telur ambil kuningnya saja), SP dan gula pasir. Kemudian mixer dengan kecepatan tinggi, setelah mengembang, mixer dengan kecepatan sedang sampai gelembung udara hilang lalu secara bertahap mixer dg kecepatan rendah sampai adonan kaku (Tandanya adonan tidak meleleh dan mixer meninggalkan jejak pada adonan)
2. campurkan tepung terigu, tepung maizena, baking powder, garam dan vanili. Tuangkan campuran ini ke adonan. Mixr dengan kecepatan rendah, jangan terlalu lama, cukup sekedar rata saja
3. Campurkan margarin yang telah dicairkan dengan SKM, aduk aduk, kemudian tuang ke adonan kemudian dimixer lagi dengan kecepatan rendah
4. Ambil 1sdt pasta nangka, aduk ke adonan dengan spatula. Aduk dengan cara melipat, disekop kemudian dilipat ke atas.
5. tuangkan adonan ke dalam loyang.
8. panaskan oven 5 menit. Saya tidak punya oven, jadi saya pakai presto. Caranya diatas kompor saya isi tutup kue dari seng yang tidak terpake, lalu dudukkan panci presto diatasnya. Didalam panci presto letakkan tungku dr kawat yang biasanya untuk memanggang, baru letakkan loyang diatasnya kemudian tutup panci presto sekedarnya saja (tidak perlu dikunci)
9. lalu masukkan adonan ke oven. 10 menit dengan api sedang dan 30 menit dengan api kecil. Astungkara, kue akan cantik sekali.
Wednesday, October 31, 2018
KEPADAMU, PENGAJAR GENERASI SUKSES
Tulisan ini pernah dipublikasikan di koran 'Tokoh' tahun Oktober 2018
ditulis oleh Dr. I.G.A. Lokita Purnamika Utami
Success
is no accident. It is hard work, perseverance, learning, studying, sacrifice
and most of all, love of what you are doing or learning to do.
-Pele-
“Have you read the drama script, Raisin in the Sun, as I told you a week
ago?” Pertanyaan saya menggema diseluruh ruang kelas drama saya hari itu.
Tidak ada satupun mahasiswa yang menjawab. Beberapa tampak saling pandang dan
kemudian menggeleng dengan malu-malu. Entah kenapa pemandangan ini terasa
begitu tidak asing bagi saya. Entah kenapa saya bahkan sudah bisa menebak hal
ini akan terjadi. Saya melayangkan pandangan saya, entah untuk apa, barangkali
untuk mencoba memuaskan secuil harapan saya, bahwa barangkali ada, setidaknya
satu orang saja, yang sudah membaca naskah tersebut. Tetapi, tampaknya saya
harus menelan kekecewaan saya lagi. Hari itu adalah kelas drama ke-3, dua kelas
drama sebelumnya juga merespon pertanyaan saya dengan respon yang tidak jauh
berbeda.
Saya mencoba memahami lagi bahwa sikap mereka disebabkan
karena naskah itu cukup panjang, sehingga mereka sudah menyerah sebelum mencoba
untuk membacanya. Saya menurunkan tagihan saya dan bertanya lagi “Did you manage to explore its plot summary
from the internet, then? Can you mention the characters of the play?” Saya
menanyakan hal ini karena setidaknya mereka melakukan hal tersebut sebelum
memasuki kelas saya. Membaca ringkasan sebuah plot tidak akan menghabiskan
banyak waktu, tetapi sangat membantu memahami naskah yng akan kami bahas hari
itu. Kembali situasi yang sama terulang lagi. Tidak ada yang menjawab. Beberapa
mahasiswa saya pura-pura sibuk mencoret-coret buku catatan mereka. Sejumlah
mahasiswa lain berusaha keras tidak beradu pandang dengan saya, mencoba menghindari
tatapan saya dan menatap lekat-lekat pada lantai didepan ujung sepatu mereka.
Saya tidak paham mengapa mereka begitu pasif dan tidak mau berusaha. Dalam
situasi-situasi seperti ini biasanya saya akan memberikan indirect instruction berupa penekanan-penekanan tentang sikap
pelajar dewasa yang bertanggung jawab terhadap pembelajarannya. Saya berharap
mereka paham apa yang dimaksud dengan autonomous
learner dan bahwa mereka hendaknya mengetahui kelebihan-kelebihan dan
kelemahan-kelemahan mereka serta mencari solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
tersebut.
Situasi-situasi diatas tidak terjadi sekali dua kali. Setiap
kali saya dihadapkan pada kenyataan bahwa mahasiswa saya belum bertanggung
jawab pada pembelajarannya, saya selalu merasa iba. Iba pada mereka dan bahkan
lebih jauh lagi khawatir terhadap nasib bangsa ini. Saya merasa iba pada mereka
karena diumur mereka yang masih begitu muda, yang seharusnya masih memiliki
semangat membara dalam usaha-usaha untuk maju, mereka malah tenggelam dalam
ketidakacuhan. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang sangat rendah. Mereka tidak
memiliki target capaian. Bahkan mungkin tidak
tau apa target mereka, apalagi bagaimana
mencapai target tersebut. Mereka terlena dengan budaya tunggu apa kata dosen. Mereka menunggu tugas apa yang diberikan,
menunggu buku yang harus di fotokopi dan mereka menunggu instruksi dosen untuk
bisa belajar. Mereka tidak otomatis membaca sebuah buku sumber yang diberikan,
mereka tidak mencari tau, apalagi
berusaha mengaitkan dengan konsep-konsep yang telah mereka pahami. Mereka
membiarkan diri mereka hadir dikelas dengan kepala kosong dan berharap dosen
akan menjelaskan semua hal agar mereka bisa paham. Mereka tidak tau apa yang
harus dilakukan untuk belajar sampai dosen menugaskan mereka untuk mengerjakan
sebuah tugas. Banyak diantara mereka cenderung bertanya “Bu, tugasnya ini dikumpul
ya? Paling lambat kapan?” Pertanyaan ini begitu klise. Mereka perlu memutuskan
apakah mereka perlu mengerjakan tugas tersebut atau tidak. Mereka menanyakan
batas waktu pengumpulan agar mereka bisa tau berapa banyak waktu yang tersisa
untuk bersantai sebelum mengumpulkan tugas.
Selain budaya tunggu
apa kata dosen adalagi budaya yang lebih buruk, budaya copy-paste. Pembelajaran abad-21 yang mengarahkan peserta didik
untuk bersikap kreatif, kritis dan mampu menyampaikan gagasannya sendiri
tampaknya belum merasuk dengan benar pada generasi kita. Banyak diantara
mahasiswa belum memiliki rasa menghargai pekerjaan orang lain. Mereka masih
berpikir belajar secara product-oriented
dan bukan process-oriented. Mereka
melakukan apapun agar bisa menyelesaikan tugas dan mendapatkan nilai, tanpa
melalui proses belajar yang benar. Dengan kemajuan teknologi dan informasi
melalui internet, mahasiswa tidak segan-segan meng-copy sebuah artikel secara penuh dan menuliskan nama mereka sebagai
si pembuat artikel. Mereka berharap saya tidak akan tau. Entah kenapa, saya
hampir selalu tau! Gaya tulisan pada tugas yang mereka kumpulkan sangat berbeda
dengan gaya tulisan rata-rata mahasiswa. Tulisan pada tugas mereka terlalu
sempurna, bahasanya begitu menarik, pilihan katanya tepat tanpa cela dan idenya
mengalir secara koheren. Saya tidak memerlukan waktu lebih dari 2 menit membaca
tugas mereka untuk bisa mengetahui hal-hal ini.
Saya tau budaya tunggu
apa kata dosen menjadi sebuah tradisi belajar dikalangan para peserta didik.
Saya tau copy-paste bisa dilakukan
dengan mudah. Saya tidak kesal dengan sikap pasif mereka. Saya juga tidak
kesal, jika suatu ketika saya kecolongan dan mereka mendapat nilai tinggi dari
hasil plagiasi mereka. Saya malah merasa khawatir pada nasib bangsa ini. Jika 50%
saja mahasiswa kita tamat, kemudian bekerja dan membawa budaya-budaya buruk ini,
bagaimana nasib bangsa ini? Apa jadinya jika banyak dokter memiliki sikap yang
tidak kritis dalam mendiagnosa penyakit karena lulus dari hasil menjiplak
dengan pemahaman konsep yang rendah? Apa jadinya bangsa ini jika para sarjana
farmasi kita tidak tau cara mencampur obat yang tepat, dan hanya mengira-ngira
dosis campuran? Apa jadinya jika gedung-gedung pencakar langit kita didesain
oleh arsitek-arsitek yang tidak memahami angka, garis, dan sudut? Apa jadinya
seluruh anak-anak bangsa ini, jika guru yang mengajar mereka tidak bisa
mendesain pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik atau tidak
paham dengan konsep Zone of Proximal
Development? Apa jadinya nasib bangsa ini, jika dosen-dosen di Perguruan
Tinggi enggan melakukan professional
development untuk selalu mengisi diri mereka dengan kebaruan ilmu
pengetahuan? Apa jadinya nasib bangsa
ini jika pekerja-pekerja kita tidak tau benar tentang pekerjaan mereka, melakukan
berbagai kecurangan untuk menghindari hal-hal yang sulit dalam pekerjaan mereka
dan menganggap remeh pekerjaan mereka?
Bunyi jangkrik malam ini menemani pikiran saya yang
menerawang pada harapan dan kenyataan yang dihadapi banga ini. Bangsa ini
memerlukan generasi yang sukses untuk maju. Generasi yang mau bekerja keras.
Generasi yang memiliki kemauan dan dedikasi tinggi dalam bidangnya. Dengan kata
lain, generasi yang mau sepenuh hati terlibat dalam mengerjakan tugas mereka karena
mereka mencintai apa yang mereka lakukan dan melakukan apa yang mereka cintai. Kita,
saya dan anda, ya kita para pengajar generasi sukses termasuk para orang tua
dari anak-anak kita sendiri harus bisa menanamkan sikap-sikap ini sehingga
mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang unggul dan bertanggung jawab. Dalam
memilih pendidikan mereka, biarkan mereka memilih bidang yang mereka suka.
Dirumah, ajari mereka untuk hidup dengan penuh usaha, tanggung jawab dan
memiliki sikap menghargai pekerjaan orang lain. Libatkan mereka untuk turut
berpikir dalam proses pengambilan keputusan. Dengarkan dan hargai pendapat
mereka. Berikan mereka sebuah tanggung jawab untuk megembangkan sikap tanggap
seperti mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan bersedia melakukan hal-hal
tersebut. Malam semakin larut, bunyi jangkrik masih terdengar, awalnya keras
kemudian terdengar sayup-sayup, mengantarkan pikiranku pada hal-hal yang bisa
saya lakukan untuk generasi baru ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)